UJIAN TENGAH SEMESTER SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2015/2016

NAMA                       : IVAN RESTU ALFIANSYAH
NIM                            : 1510651029
KELAS                      : E
PROGAM STUDI   : TEKNIK INFORMATIKA




JAWABAN 


(1)

 

Hakko Ichiu

Hakko Ichiu (八紘一宇Hakkō Ichiu), Delapan Penjuru Dunia Di Bawah Satu Atap) adalah slogan persaudaraan universal yang digunakan Jepang untuk menciptakan Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya dalam Perang Dunia II. Slogan ini berasal dari kalimat "掩八紘而爲宇" dalam Nihon Shoki jilid 3 bab Kaisar Jimmu yang berarti "seluruh negeri bagaikan sebuah rumah". Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia diadakan pelatihan guru di Jakarta untuk mengindoktrinasi mereka dengan Hakko Ichiu. Para peserta pelatihan diambil dari tiap-tiap daerah/kabupaten.

Hakko Ichiu dipakai Kekaisaran Jepang sebagai kebijakan nasional mulai dari Perang Sino-Jepang Kedua hingga Perang Dunia II. Pada 26 Juli 1940, Kabinet II Perdana Menteri Konoe Fumimaro menetapkan Doktrin Kebijakan Dasar Nasional (Kihon Kokusaku Yōkō) yang berisi keputusan mendirikan Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Tujuan dasar dari Doktrin Kebijakan Dasar Nasional adalah "Mewujudkan perdamaian dunia sesuai dengan semangat agung pendirian negara, yakni delapan penjuru dunia di bawah satu atap sebagai kebijakan nasional Kekaisaran Jepang, dan sebagai langkah awal, pertama, menjadikan Kekaisaran Jepang sebagai inti persatuan yang kuat antara Jepang-Manchuria-Cina untuk fondasi pendirian tatanan baru Asia Timur Raya. "Di berbagai daerah di Jepang, Hakko Ichiu dipakai sebagai salah satu slogan untuk mewujudkan tatanan baru Asia Timur.

Di Tokyo dibentuk Chōkoku Hōkōtai (Perkumpulan Pelayan Pendirian Negara) sebagai organisasi pelatihan dan penyuluhan konsep Hakko Ichiu, dan struktur pemerintah kota dimasukkan ke dalam struktur militer. Setelah Kapitulasi Jepang, Jepang berada di bawah pendudukan Komandan Tertinggi Sekutu. Berdasarkan memorandum yang dikeluarkan Komandan Tertinggi Sekutu tentang "penghapusan sponsor pemerintah, dukungan, pelestarian, pengawasan, dan penyebaran Shinto agama negara", slogan-slogan yang berkaitan dengan nasionalisme radikal, militerisme, dan Shinto agama negara dilarang untuk dipakai lagi. Dalam kamus besar bahasa Jepang zaman sekarang, Hakko Ichiu dijelaskan sebagai "slogan yang dipakai untuk pembenaran agresi Jepang ke luar negeri selama Perang Dunia II."


Heibonsha World Encyclopedia menjelaskannya sebagai "stereotipe ultranasionalisme berupa doktrin bangsa sendiri sebagai ras tertinggi dan doktrin supremasi untuk melakukan opresi dan aneksasi terhadap bangsa lain yang diperluas hingga agresi oleh negara dan militer untuk mencapai tujuan tersebut, serta gerakan/ide untuk peng-ortodoks-an, penyatuan, dan mobilisasi rakyat."
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Hakko_Ichiu


Propaganda "Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya"


KAWASAN KEMAKMURAN BERSAMA ASIA TIMUR RAYA
Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya (kyūjitai: 大東亞共榮圈,shinjitai大東亜共栄圏 Dai-tō-a Kyōeikenadalah konsep yang diciptakan dan disebarluaskan oleh pemerintah dan militer Kekaisaran Jepang awal zaman Showa yang mewakili keinginan untuk mendirikan "blok negara-negara Asia di bawah pimpinan Jepang dan bebas dari kekuatan negara-negara Barat". Eksperimen Jepang dengan imperialisme finansial disebut "diplomasi yen" atau "blok yen" yang ditujukan kepada negara-negara koloni Jepang yang resmi maupun semiresmi.
Sepanjang periode yang dimulai dengan aneksasi Jepang atas Taiwan tahun 1895 dan tahun 1937 yang ditandai dengan pecahnya Perang Sino-Jepang Kedua, pakar moneter di Tokyo memimpin dan mengoordinasi program reformasi moneter di Taiwan, Korea, Manchuria, dan pulau-pulau dalam penguasaan Jepang di Pasifik. Reformasi moneter tersebut ditujukan untuk membina jaringan hubungan ekonomi dan politik. Usaha-usaha tersebut terhenti bersama setelah konsep Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya gagal total. Perdana Menteri Fumimaro Konoe mencanangkan konsep Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya dalam usaha menciptakan kawasan Asia Timur Raya yang terdiri dari JepangManchukuoCina, dan negara-negara di Asia Tenggara yang menurut Kekaisaran Jepang merupakan tatanan internasional baru untuk menciptakan "kemakmuran bersama" bagi negara-negara Asia, dalam bentuk perdamaian dan kesejahteraan bersama yang bebas dari kolonialisme dan dominasi Barat. 

Diantara tujuan ekspansi militer Jepang termasuk memencilkan Australia dan operasi-operasi angkatan laut di Samudra Hindia. Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya hanyalah satu dari sejumlah konsep dan slogan yang diciptakan untuk membenarkan tindakan agresi Jepang di Asia Timur sejak tahun 1930-an hingga akhir Perang Dunia II. Istilah Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya hingga kini diingat sebagai propaganda Kekaisaran Jepang untuk mengendalikan negara-negara yang didudukinya selama Perang Dunia II.


SEJARAH
Sepanjang Perang Dunia II, sebagian negara-negara yang diduduki Jepang dijalankan oleh pemerintah boneka yang memanipulasi penduduk  memanipulasi penduduk dan ekonomi semata-mata untuk keuntungan Jepang, dengan iming-iming Asia yang bersatu tanpa pengaruh negara-negara Eropa. Konsep ini dibuat oleh Angkatan Darat Kekaisaran Jepang berdasarkan ide Jenderal Hachiro Arita yang waktu itu menjabat Menteri Luar Negeri dan pakar ideologi angkatan darat.
Konsep Kawasan Kemakmuran Bersama secara formal diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Matsuoka Yosuke dalam wawancara pers 1 Agustus 1940, namun konsep ini bertahun-tahun sebelumnya telah ada dalam berbagai bentuk. Pemimpin-pemimpin Jepang telah sejak lama tertarik dengan konsep yang dalam kenyataannya dapat memperluas kekuasaan Jepang berdasarkan model negara-negara Eropa dengan iming-iming membebaskan Asia dari imperialisme.
Sebelum mengusir kekuasaan imperialisme Barat dari negara-negara Asia, Kekaisaran Jepang memakai slogan "Asia untuk Orang Asia" untuk mengambil hati penduduk setempat. Slogan tersebut merupakan   pernyataan   anti penjajah   Barat dan menonjolkan citra Jepang  sebagai pembela negara-negara Timur.
Menurut slogan tersebut, negara-negara Asia hanya untuk orang-orang Asia, dan negara-negara Barat tidak ada yang berhak atas negara-negara Asia.
Menurut Perdana Menteri Shigenori Togo, bila Kawasan Kemakmuran Bersama berhasil terwujud, Jepang akan tampil sebagai pemimpin Asia Timur dan Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya adalah nama lain untuk Kekaisaran Jepang. Dokumen rahasia berjudul An Investigation of Global Policy with the Yamato Race as Nucleus yang selesai disusun Pemerintah Jepang pada tahun 1943, secara terang-terangan menyatakan bangsa Jepang lebih unggul dari bangsa-bangsa Asia lainnya, dan menyarankan agar Kawasan Kemakmuran Bersama dipakai untuk menyamarkan maksud sebenarnya Jepang mendominasi seluruh Asia. Konsep Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya berakhir dengan sendirinya setelah penyerahan Jepang kepada Sekutu.

KOFERENSI ASIA TIMUR RAYA

Konferensi Asia Timur Raya (大東亜会議 Dai Toa Kaigi) diadakan di Tokyo dari 56 November 1943. Jepang menjadi tuan rumah konferensi yang sering disebut Konferensi Tokyo. Konferensi dihadiri kepala-kepala negara dari Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.
Konferensi hanya sedikit membahas masalah penting, dan lebih dimaksudkan sebagai propaganda untuk menunjukkan komitmen Kekaisaran Jepang terhadap ide Pan-Asianisme dan menekankan peran Jepang sebagai "pembebas" bangsa-bangsa Asia darikolonialisme Barat.
Kepala negara yang hadir:
  • Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo,
  • Perdana Menteri Manchukuo Zhang Jinghui
  • Presiden Pemerintah Reformasi Republik Tiongkok Wang Jingwei
  • Kepala Negara Burma Ba Maw
  • Kepala Negara Pemerintahan Sementara India Merdeka (Arzi Hukumat-e-Azad HindSubhas Chandra Bose
  • Presiden Republik Filipina Kedua José P. Laurel
  • Pangeran Wan Waithayakon, utusan Kerajaan Thailand.
Konferensi Tokyo menghasilkan Deklarasi Bersama untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan politik melawan kekuatan negara-negara Sekutu.

KEGAGALAN KAWASAN KEMAKMURAN BERSAMA ASIA TIMUR RAYA

Walaupun Jepang sukses mengobarkan semangat anti-Barat di Asia, Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya tidak pernah terwujud menjadi Asia yang bersatu. Dr. Ba Maw, Presiden Burma di bawah pemerintahan Jepang menyatakan bahwa penyebab kegagalan tersebut adalah militer Jepang: 

Pemimpin militer Jepang hanya melihat segala sesuatu dari sudut pandang Jepang dan lebih buruk lagi, mereka memaksa pihak-pihak lainnya untuk melakukan hal yang sama. Bagi mereka hanya ada satu cara untuk melakukan sesuatu, yakni cara Jepang; hanya ada satu tujuan dan kepentingan, yakni kepentingan Jepang; hanya ada satu masa depan untuk negara-negara Asia Timur, untuk menjadi seperti Manchukuo atau Korea yang terikat selama-lamanya dengan Jepang. Pemaksaan ras seperti ini menyebabkan rasa saling pengertian yang sebenarnya antara militer Jepang dan orang-orang di wilayah kami hampir-hampir mustahil.
Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya ternyata tidak dimaksudkan untuk kemajuan negara-negara Asia Timur, melainkan untuk kepentingan Jepang, dan akhirnya gagal mendapat dukungan negara-negara Asia Timur. Namun kalangan nasional di negara-negara Asia Timur dalam beberapa aspek mau bekerja sama dengan Jepang. Namun Willard Elsbree, profesor emeritus ilmu politik di Universitas Ohio menyatakan bahwa di antara Pemerintah Jepang dan para pemimpin nasionalis tidak pernah terbentuk "kesatuan kepentingan yang sebenarnya di antara kedua belak pihak, dan tidak ada penduduk negara-negara Asia tidak merasa putus asa secara berlebihan setelah Jepang kalah."
Kegagalan Jepang dalam memahami tujuan dan kepentingan negara-negara dalam Kawasan Kemakmuran Bersama menyebabkan hubungan Jepang dengan negara-negara lain di Asia hanya berlangsung secara teori dan bukan dalam semangat yang sebenarnya. Dr. Ba Maw menyatakan nasib Jepang akan sangat berbeda, bila Jepang dapat bertindak sesuai dengan konsep dukungannya bagi "Asia untuk orang Asia". Ia menambahkan bila saja Jepang menggunakan slogan tersebut dan menjalankan kebijakan yang sesuai dengan slogan tersebut,
"Kekalahan secara militer tidak akan merampas kepercayaan dan rasa terima kasih dari setengah rakyat Asia atau bahkan lebih, dan hal tersebut akan sangat berarti dalam memberikan sebuah tempat yang baru, agung, dan abadi bagi Jepang di dunia pasca perang, saat Asia akan berada di bawah pengaruh Jepang."

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan_Kemakmuran_Bersama_Asia_Timur_Raya

Tiga A


Tiga A adalah propaganda Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia 2 yaitu "Jepang Pemimpin Asia", "Jepang Pelindung nippon paint Asia" dan "Jepang Cahaya Asia". Gerakan Tiga A didirikan pada tanggal 29 April 1942. Pelopor gerakan Tiga A ialah Shimizu Hitoshi. Ketua Gerakan Tiga A dipercayakan kapada Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A bukanlah gerakan kebangsaan Indonesia. Gerakan ini lahir semata - mata untuk memikat hati dan menarik simpati bangsa Indonesia agar mau membantu Jepang. Gerakan ini kurang mendapat perhatian rakyat, karena bukan gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh karena kurang berhasil menggerakkan rakyat Indonesia dalam membantu Usaha tentara Jepang, maka gerakan ini dibubarkan pada tahun 1943 dan digantikan oleh PuTeRa.


(2)


Cita-cita Bangsa Indonesia : Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang 1. Merdeka, 2. Bersatu, 3. berdaulat, 4. adil dan 5. makmur.

Dalam Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 di atas tercantum jelas bahwa negara kita telah sampai pintu gerbang Kemerdekaan maksudnya Rakyat Indonesia sudah Merdeka tetapi belum merasakan Kemerdekaan sesungguhnya. Merdeka adalah bebas melakukan Hak yang kita inginkan dan melaksanakan Kewajiban yang diamanahkan dengan batasan - batasan tertentu. Negara Indonesia saat ini tetap saja dijajah oleh Negara-Negara Asing yang menginginkan Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia seperti keterlibatan Negara Asing dalam mengelola Perusahaan Tambang Emas (PT. Freeport) yang ada di Papua.

Semboyan Negara Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu tetapi mengapa Rakyat Indonesia saling tidak menerima perbedaan Agama, Bahasa Daerah, dan Suku. Sering pula terjadi perselisihan tentang perbedaan Agama contohnya perselisihan Agama Islam dengan Agama Kristen di Aceh.

Peluang Negara Indonesia untuk jadi Negara maju sangatlah besar. Hal ini terbukti dengan kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah namun terdapat beberapa orang yang bersifat materialistis terhadap kekayaan alam di Indonesia, sehingga menyebabkan Rakyat Indonesia tidak memperoleh kemakmuran hidup dalam hal ini masing-masing Rakyat Indonesia tidak memperoleh Hak yang seharusnya diperoleh.

Sumber : Ivan Restu Alfiansyah.

No comments:

Post a Comment